Pengunjung yang akan berwisata ke Yogyakarta dan ingin menikmati suasana lain yang ditawarkan oleh kota ini, bisa datang ke Desa Wisata Tanjung yang terletak di Kabupaten Sleman, provinsi DIY. Tempat ini menawarkan sesuatu yang baru dari tempat wisata lainnya. Desa wisata Tanjung ini sering disebut Dewi Tanjung ataupun Dewita yang merupakan akronim dari Desa Wisata Tanjung. Desa Tanjung adalah sebuah desa yang memiliki sebuah monumen budaya berupa Joglo Tanjung. Bangunan Joglo Tanjung adalah bangunan yang dulunya milik Lurah setempat, kemudian dijadikan sebagai tempat pertemuan atau acara-acara di situ.

 Lokasi Desa Tanjung berada di jalan Palagan Tentara Pelajar kilometer 11, tepatnya di Donoharjo, Ngaglik, Sleman. Tempatnya tidak cukup jauh dari Monumen Yogya Kembali, yaitu ka arah utara dengan jarak sekitar 5 kilometer atau 35 menit dari kota Yogyakarta. Desa Tanjung ini terbagi menjadi tiga pedukuhan, yaitu Tanjung, Panasan, dan Bantarjo. Desa wisata ini diresmikan tanggal 1 Juli 2001, kemudian banyak pengunjung yang datang ke desa ini, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Desa ini akan ramai kunjungan biasanya saat masa liburan sekolah tiba.

Warga setempat desa Tanjung ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan masih hidup dengan cara tradisional, sehingga menambah kesan alami saat berkunjung ke desa ini. Desa Tanjung ini memiliki potensi sebagai tempat wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Banyak kesenian tradisional yang masih dilestarikan di desa ini, salah satunya atraksi yang paling baru ialah Ciciblung, yaitu permainan nada yang dihasilkan oleh air sungan dengan cara menepuk aliran air sungai. Selain itu, pengunjung juga dapat mengamati bagaimana cara membatik dan mengamati bagaimana warga sekitar dalam melakukan aktivitas bertani yang dijadi sebagai mata pencaharian.

Pengunjung yang akan menikmati suasana di desa wisata ini akan dipungut biatya Rp50.000,00/orang dan sudah termaksud makan 3 kali. Bagi pengunjung yang akan menggunakan joglo sebagai homestay, dapat dikenakan biaya antara Rp20.000,00 – Rp40.000,00 tergantung negosiasi dengan penduduk setempat. Biasanya rumah joglo di desa Tanjung ini memiliki bangunan yang luas dan halaman yang luas, sedangkan pendoponya dapat menampung 100 sampai 200 orang. Selain itu, akses menuju lokasinya pun cukup mudah dan berada tidak jauh dengan pusat kota. Penduduk setempat begitu ramah dengan pengunjung yang datang dan masih menjunjung nilai-nilai luhur, sehingga budaya gotong royong pun masih terasa di desa wisata ini.

Desa wisata ini bukan hanya menawarkan pemandangan yang indah sebagai tempat wisata ataupun rekreasi, tetapi pengunjung akan mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan baru dari sini. Tempat ini dapat dijadikan referensi untuk berwisata sekaligus belajar. Berwisata di desa Tanjung sangat dekat dengan alam, karena pengunjung langsung terjun ke dalam situasi nyata. Selain itu, dapat digunakan juga sebagai referensi melepas penat dengan keluarga. Di sini pengunjung akan merasakan bagaimana cara mengolah tanah, menanam, dan banyak lagi pengalaman yang tentunya tidak di dapatkan di kehidupan perkotaan.

Kesenian tradisional yang masih dilestarikan di desa Tanjung di antaranya kesenia pekbung, jathilan, tari klasik, dan karawitan. Biasanya penduduk setempat akan mengajak wisatawan yang berkunjung untuk bermain kesenian bersama. Selain potensi kesenian tradisional yang masih dilestarikan, adat istiadat di desa Tanjung juga masih sangat kental dan tidak jarang untuk dilakukan, seperti kenduri, wiwitan, tedun, dan lainnya. Pengunjung juga bisa menikmati udara segar di area persawahan yang cukup luas. Bagi pengunjung yang memiliki ketertarikan dengan kerajinan batik, di desa Tanjung juga terdapat pengrajin batik dan pengunjung bisa mengamati atau bahkan mencoba bagaimana cara membatik. Jadi, jangan ragu untuk datang ke desa wisata Tanjung.

Kota Yogyakarta terkenal akan budayanya yang masih kental dan masih memegang teguh nilai-nilai luhur. Pengunjung yang akan berwisata ke Yogyakarta dan ingin menikmati suasana lain yang ditawarkan oleh kota ini, bisa datang ke Desa Wisata Candran yang terletak di Kabupaten Bantul provinsi DIY. Tempat ini menawarkan sesuatu yang baru dari tempat wisata lainnya. Sebagian besar penduduk setempat bermata pencaharian dengan bertani dan berternak menggunakan cara tradisional yang jauh dari kesan modern. Lokasi desa Candran ini berada di Dusun Mandingan, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul Yogyakarta. Pengunjung yang memasuki area desa Candran ini akan disambut oleh penduduk setempat, sehingga budaya Jawa yang kental sangat terasa.

Awal terbentuknya desa wisata Candran ini karena kurangnya kesejahteraan penduduknya yang mayoritas bermata pencaharian dengan bertani. Sang pencetus desa ini adalah mantan lurah Kebonagung yang bernama Kristyo Bintoro. Desa ini semakin berkembang menjadi desa wisata sejak tahun 2003. Seperti yang telah disebutkan, sebagian besar penduduk setempat adalah petani tradisional. Oleh sebab itu, di desa Candran ini terdapat sebuah museum yang dikenal dengan nama Museum Tani Jawa. Di dalam museum tersebut terdapat peralatan lengkap untuk bertani yang cukup lengkap, seperti cangkul, gathol, sabit, dan peralatan tani lainnya. Selain itu, peralatan memasak yang masih tradisional seperti talenan, cething, kendhil, munthu, dan lainnya dapat ditemukan di museum ini serta usinya yang sudah mencapai sekitar 50 tahun.

Ada beberapa paket wisata di desa Candran ini, di antaranya paket utama yang ditawarkan adalah kegiatan yang memiliki hubungan dengan aktivitas bertani karena menggambarkan tata kehidupan masyarakat yang agraris di desa Candran ini, seperti membajak sawah dengan kerbau dan menanam padi. Paket lainnya yang mendukung, ialah membatik, membuat berbagai makanan tradisional seperti apem dan cemplon yaitu makanan khas Bantul. Terdapat juga paket bersepeda yang digunakan untuk keliling kampung sambil mengunjungi pusat-pusat pembuatan kerajinan setempat. Ada paket mengarungi kali Opak di Bendung tegal menggunakan perahu naga. Bagi pengunjung yang hobi memancing juga bisa memancing di kali Opak tersebut.

 Di desa Candran juga menampilkan seni tradisional yang dapat disaksikan oleh pengunjung, seperti Gejog Lesung, Jathilan, Karawitan, Tari Topeng Tani, dan Nini Thowong. Dari segi budaya atau kebiasaan, di desa ini masih melestarikan budaya kenduri, nyadran, dan wiwitan.

Akses jalan menuju lokasi desa Candran ini sangat mudah. Jaraknya sekitar 16 kilometer dari kota Yogyakarta dengan jarak tempuh kurang lebih 45 menit. Bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, dari terminal Giwangan bisa naik bus jurusan Jogja – Imogiri – Panggang kemudian turun di desa Kebonagung dan berjalan kaki sekitar 500 meter dari pinggir jalan menuju desa wisata Candran ini. Pengunjung yang akan menginap dapat menyewa homestay yang biasanya dapat ditempati hingga enam orang dengan biaya sewa sekitar Rp100.000,00/orang. Biaya sewa penginapan tersebut sudah satu paket dengan makan tiga kali sehari. Area parkir pun disediakan dengan kapasitas 50 mobil, 200 motor, dan 4 buah bus.

Dahulu desa wisata Candran ini merupakan salah satu tempat pembuatan batu bata merah untuk pembangunan makam Sultan Agung di Imogiri. Hal menarik yang dapat dilakukan di desa ini adalah bertani secara tradisional, mengunjungi makam-makam raja-raja Mataram, dan bersepeda mengelilingi kampung serta mampir ke pusat kuliner khas setempat. Jadi, jangan lewatkan desa wisata Candran saat Anda berwisata di Yogyakarta.